Minggu, 10 Januari 2010

Ingin Menghasilkan Produk Daur Ulang Sampah Plastik Layak Jual

Ingin Menghasilkan Produk Daur Ulang Sampah Plastik Layak Jual

Siti Fatimah, ibu rumah tangga RT 06 RW 08 Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo, ialah satu diantara ibu-ibu yang ikut mendampingi anak-anaknya belajar bersama di Sanggar Kelompok Belajar Anak stren Kali Surabaya Gunungsari II, Minggu (20/12) pagi. Dua anak dan dua keponakan Fatimah ikut belajar bersama di sanggar itu. Tapi, apa yang dilakukan Fatimah berbeda dengan ibu-ibu lainnya. Di tangan kiri Fatimah nampak memegang anyaman dari sampah plastik sedotan air mineral. Di tangan kanan Fatimah nampak memegang jarum dan benang untuk anyaman.


Ketika dikonfirmasi Tunas Hijau tentang aktivitas yang sedang dilakukannya sambil menunggu anak dan keponakannya belajar bersama, Fatimah mengaku sedang menyelesaikan daur ulang sampah plastik sedotan air mineral menjadi anyaman. “Rencananya untuk taplak meja rumah,” kata Fatimah sambil menunjukkan anyaman yang telah dibuatnya. Fatimah juga nampak membawa dompet dari daur ulang anyaman sampah plastik sedotan besar berwarna merah. Dompet itu digunakan untuk menyimpan uang dan benda-benda lain seperti layaknya dompet kebanyakan ibu-ibu.

Fatimah ingin kemampuannya mendaur ulang sampah plastik itu tidak hanya untuk ketrampilan saja. “Saya tidak ingin sekedar bisa ketrampilan mendaur ulang sampah plastik jenis bungkus mi instan dan sedotan seperti ini saja. Saya juga ingin bisa menambah nafkah keluarga dari barang-barang daur ulang sampah plastik yang saya hasilkan,” kata Siti Fatimah sambil menunjukkan dompet daur ulang yang sudah jadi. “Tapi kalau dompet ini masih belum layak dijual, Mas. Bahan yang digunakan masih perlu diseleksi biar layak jual,” kata Siti Fatimah pada Tunas Hijau.

Sejak mendapat pelatihan daur ulang plastik seminggu sebelumnya, Fatimah mengaku banyak memanfaatkan waktu kosongnya di rumah untuk mengasah kemampuan daur ulang sampah plastik. “Biasanya setelah selesai memasak dan menuggu anak-anak pulang sekolah, saya melanjutkan aktivitas daur ulang yang saya dapat dari pelatihan daur ulang seminggu sebelumnya di Balai RT 6 RW 8,” kata ibu dari Afif Hadi Saputra, 8, yang tergolong aktif mengikuti belajar bersama di sanggar.

Olah Sampah Basah, Siswa SD Perak Barat Sibuk Menutup Hidung

Olah Sampah Basah, Siswa SD Perak Barat Sibuk Menutup Hidung

Tiga puluh siswa SDN Perak Barat Surabaya nampak duduk berhimpitan dalam ruang perpustakaan sekolah yang cukup sempit. Kondisi ini tidak mengurangi antusiasme para siswa mengikuti workshop pengelolaan sampah basah dengan nara sumber Tunas Hijau, Rabu (29/12) siang. 30 siswa itu adalah siswa kelas 4 dan 5 SDN Perak Barat Surabaya. Sebagian besar dari mereka merupakan kader lingkungan hidup sekolah dasar kawasan Surabaya utara. Workshop tersebut mencoba untuk mengajarkan para siswa tentang cara mengolah sampah basah atau organik yang dihasilkan di sekolah menjadi kompos.


Diawal sesi yang dipandu oleh Bram Azzaino – aktivis senior Tunas Hijau, para siswa diajak mereview pengetahuan tentang sampah. Banyak hal yang diulas terkait sampah, mulai apa sih sampah itu, sumber sampah, macam-macam sampah, hingga pengelolaan sampah. Ketika ditanya apakah sampah basah dan sampah kering, nampak saling berebut diantara mereka untuk menjawab. Ada yang menjawab sampah basah itu sisa makanan, buah busuk dan sayuran. Sedangkan sampah kering itu kaleng, plastik, bungkus makanan, botol.


Bagaimana dengan pengertian sampah ini?” tanya Bram Azzaino sambil menunjukkan botol minuman plastik yang masih berisi air mineral. Dengan ragu-ragu mereka semua menjawab bahwa itu adalah jenis sampah basah. Dijelaskan oleh Bram bahwa sampah basah bukan berarti sampah itu basah oleh air. “Bahwa sampah basah kalau tidak kita kelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan hidup. Salah satunya ya menyebabkan bumi ini semakin panas. Diantara ciri sampah basah, bila sudah sehari, maka sampah itu akan berbau, mengeluarkan cairan dan mengundang belatung, jelas Bram Azzaino.


“Lalu bagaimana kita mengelola sampah basah?” tanya Bram. Ketika yang lain masih terdiam memikirkan caranya, siswa kelas 4D Raka Ditya langsung menjawab “Dengan dijadikan kompos”. “Betul. Lalu ada yang tau caranya buat kompos? Nah yang akan kita lakukan sekarang adalah praktek bagaimana cara membuat kompos,” jawab Bram sambil meminta para siswa untuk menuju lapangan untuk praktek pengolahan sampah basah menjadi kompos.


Saat melihat komposter, dengan antusias mereka membenahinya. Namun saat melihat sampah sisa makanan yang baru dikumpulkan dari kantin sekolah, hampir semua siswa yang melihat terasa jijik dan menutup hidungnya. Saat dijelaskan lebih lanjut bahwa komposter yang digunakan ini tidak menimbulkan bau, mereka semua penasaran. Ketika dibuktikan dengan memasukkan sampah basah yang sudah mereka kumpulkan kemudian komposter di tutup, mereka lantas mencoba mencium dari atas tutup. Akhirnya mereka percaya bahwa komposter itu tidak menimbulkan bau busuk.